Love Story
Benih di Lembah Waktu
Kisah ini adalah ukiran takdir, bukan rentetan kebetulan. Di mana semesta berbisik rahasia, melalui seorang kawan—sang pelukis bayangan di labirin hari. Ia menautkan Puan dan Tuan, dua jiwa yang terasing, namun telah ditandai untuk menjadi satu melodi yang luhur.
Panggung Beda Musim
Samudra raya dan benua menjadi kanvas ujian. Di sisi Tuan, barangkali salju membeku; di sisi Puan, mentari adalah janji. Komunikasi hanyalah serpihan waktu yang dicuri dari putaran fajar dan malam, terperangkap dalam selisih zona yang kejam. Namun, di setiap jeda sunyi, jiwa Tuan dan Puan tetap bertukar napas, merajut jembatan tak terlihat dari benang rindu, di bawah panji kesetiaan yang tak teruji.
Penemuan Peta Jati Diri
Bayangan jarak runtuh pada 25 Mei 2025. Dengan keberanian yang melampaui geografi, Tuan hadir. Ia menjejakkan kaki, bukan sebagai tamu fana, melainkan sebagai penjelmaan janji. Sendirian, Tuan melangkah ke ambang pintu Puan, langsung disambut oleh kedua sosok yang menjadi akar kehidupan Puan. Tak perlu lama, dalam hitungan rotasi minggu, Puan dituntun Tuan menuju pondasi keluarganya. Arus asmara pun mengalir deras, dipenuhi kepastian: keseriusan Tuan adalah peta yang tak mungkin lagi disesatkan.
Mahar dan Sumpah
Tertulis Puncak keyakinan diukir abadi pada 8 Juli 2025, saat ikrar suci disematkan. Lamaran itu adalah mahar bagi penantian, penanda bahwa perjalanan yang lahir dari benua yang berjauhan, kini telah menambatkan jangkar, mengikat dua pelabuhan hati dalam ikatan yang tak terceraikan.
Pelabuhan Cahaya Abadi
Dan kini, purnama takdir menyempurna, tumpah ruah pada 23 Oktober 2025. Ini bukan akhir dari sebuah penantian, melainkan awal dari cakrawala yang tak berbatas. Tuan dan Puan, yang pernah terpisah oleh musim dan jarak, akan bersatu. Lafal ikrar akan menggetarkan udara sunyi, mengukuhkan bahwa perjalanan jauh telah tamat. Dua jiwa kini dipersatukan oleh cinta, menjadi satu rumah, di mana hati saling berlabuh, melampaui waktu dan keabadian.